BAGAIMANA
TANAMAN DALAM KONDISI YANG STRES ATAU BERADA DALAM TEKANAN PANAS MAUPUN DINGIN
BISA BERTAHAN ??
Cold
shock protein (Csp) merupakan komponen penting dalam
organisme untuk ketahanan terhadap kondisi cekaman abiotik. Gen ini
telah disisipkan ke dalam promotor ubiquitin di daerah T-DNA dari pCambia
1300int, dan diintroduksikan ke dalam Agrobacterium tumefaciens LBA4404.
Tembakau merupakan tanaman dikotil dan inang alami untuk A. tumefaciens.
N. tabacum (Mayo et al., 2006; Bhatti dan He, 2009) dan N.
benthamiana merupakan jenis tembakau yang sering digunakan dalam
transformasi genetik. Pada jenis N. tabaccum seperti Samsun telah
berhasil dilakukan transformasi melalui perantara A. tumefaciens.
Bagaimana caranya ??
Untuk
menguji peranan gen Csp dalam toleransi tanaman terhadap cekaman panas
atau dingin, maka gen ini diintroduksikan ke dalam genom tembakau. Pengujian
tersebut telah dilakukan oleh ilmuwan dengan tujuan untuk mengevaluasi transformasi genetik N. tabacum L.
cv. Samsun dengan gen CspB di bawah kendali promotor pUbiquitin dan
terminator NosT yang diperantarai A. tumefaciens.
Selain
mengandung gen Csp, plasmid ini mengandung gen penanda seleksi II. Transformasi genetik tembakau
kultivar Samsun dilakukan dengan menggunakan eksplan yang berupa potongan daun.
Potongan daun yang telah diinokulasi dengan A. tumefaciens ditanam pada
media penginduksi kalus yang sekaligus berfungsi sebagai media seleksi I. Pada
media seleksi I yang mengandung 20 mg/l higromisin, dari 40 eksplan yang
diinokulasi A. tumefaciens, hanya 27 eksplan (atau 67,5%) yang
membentuk kalus yang dapat bertahan
hidup yang kemudian disebut dengan kalus transgenik putatif. Pada media
yang sama, semua eksplan yang sebelumnya tidak
diinokulasi oleh A. tumefaciens tidak
membentuk kalus dan mengalami kematian pada minggu ketiga (Tabel 1).
Tabel
1. Jumlah
eksplan yang membentuk kalus di media seleksi higromisin.
Perlakuan*
|
Jumlah
eksplan
|
Jumlah
eksplan yang membentuk kalus yang hidup di
|
|
Seleksi
I (20 mg/l higromisin)
|
Seleksi
II (50 mg/l higromisin)
|
||
Diinokulasi
|
40
|
27
(67,5%)
|
23
(57,5%)
|
Tidak
diinokulasi
|
20
|
0
|
0
|
Tidak
diinokulasi**
|
20
|
-
|
20
(100%)
|
Keterangan
:
*
diinokulasi dengan A. tumefaciens, ** ditumbuhkan pada media non
selektif yang tidak mengandung higromisin,
b.
Jumlah kalus tahan di 50 mg/l higromisin + jumlah kalus tahan di 20 mg/l
higromisin x 100%.
Hal
ini menunjukkan bahwa konsentrasi 20 mg/l higromisin dapat digunakan untuk
membedakan kalus transgenik dan non transgenik. Untuk memastikan bahwa kalus
yang hidup di media induksi kalus yang juga berfungsi sebagai media seleksi I
adalah transgenik, maka kalus tersebut dipindahkan ke media seleksi II yang
juga berfungsi untuk regenerasi dengan menaikkan konsentrasi higromisinnya
hingga 50 mg/l. Dari 27 kalus yang hidup di media seleksi I, 23 kalus dapat
bertahan hidup di media seleksi II yang mengandung 50 mg/l higromisin. Seleksi
bertingkat ini dimaksudkan untuk mendapatkan tanaman transgenik yang benar-benar
mengandung gen CspB, bukan escape.
gambar A
gambar B
gambar C
gambar D
Gambar 3. Perakitan tanaman tembakau transgenik yang mengandung gen CspB.
A
= eksplan di media seleksi I, B = kalus yang beregenerasi membentuk tunas
transgenik,
C
= tunas transgenik di media pengakaran, D = tanaman tembakau transgenik T0.
Keuntungan
Tranformasi
dengan bakteri ini mempunyai keuntungan di antaranya adalah efisiensi transformasi
tinggi, jumlah salinan gen sedikit yang tersisip ke dalam genom tanaman, dan
dapat mentransferkan gen berukuran besar (Hiei dan Komari, 2008). Ekspresi gen Csp
dalam tanaman transgenik menyebabkan peningkatan ketahanan terhadap
berbagai cekaman abiotik. Keberhasilan transformasi genetic tembakau telah
digunakan untuk berbagai tujuan seperti mengungkap regulasi sistem biologi
tanaman (Langbecker et al., 2004), bioremediasi untuk merkuri (He et
al., 2001), tanaman model untuk pengujian cekaman biotik (Waigman et al.,
2000), dan abiotic.
Daftar Pustaka
Batti, K.H. and
C. He. Agrobacterium mediated tobacco
transformation with rice fae gene and segregation analysis of T1 generation.
Pak. J. Bot. 2009. 41(1):403-412.
Hiei, Y. and T.
Komari. Agrobacterium-mediated
transformation of rice using immature embryos or calli induced from mature
seed. Nature Protocols. 2008. 3(5):824-834.
Langbecker, C.L.
High-frequency transformation of
undeveloped plastids in tobacco suspension cells. Plant Physiol. 2004. 135:139-146.
He, Y.K., J.G.
Sun, X.Z. Feng, M. Czako, and L. Marton. Differential
mercury volatilization by tobacco organs expressing a modified bacterial merA
gene. Cell Res. 2001. 11:231-236.
Waigman, E., M.
Chen, R. Bachmair, S. Ghoshroy, and V. Citovsky. Regulation of plasmodesmal transport by phosporilation of tobacco mosaic
virus cell-to-cell movement protein. EMBO J. 2000. 19:4875-4884.
Waluyo, S.,
Sustiprijatno, and Suharsono. Transformasi Genetik Tembakau dengan Gen
Cold Shock Protein melalui Perantara Agrobacterium tumefaciens. 2013. http://biogen.litbang.pertanian.go.id/terbitan/pdf/Agrobiogen_9_2_2013_58-65.pdf. Diakses pada tanggal 14 Maret 2013 pukul 19.23 WIB
Waluyo, S. Transformasi
Genetik Tembakau dengan Gen Cold Shock Protein melalui Perantara Agrobacterium
tumefaciens. 2013 http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/65937?show=full Diakses pada tanggal 15 Maret 2013 pukul 13.10 wib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar